Anak Mengendarai Sepeda Motor: Kebanggaan atau Kelalaian Orang Tua?

Anak Mengendarai Sepeda Motor: Kebanggaan atau Kelalaian Orang Tua?

Mochamad Ikhwana

Karena kepala anak tidak lebih keras dari aspal, apakah Anda masih ingin memberi mereka izin untuk mengendarai sepeda motor sebelum waktunya?

Beredar video viral seorang bocah lelaki berusia 5 tahun yang mengendarai sepeda motor kecil di jalan tol. Dia menggendong seorang anak yang lebih kecil dari dirinya. Saat melewati perempatan tersebut, beberapa petugas polisi dari Kasatlantas Polres Sampang menegurnya dan meminta anak itu untuk ikut dengannya dengan mobil polisi dan diantar ke tujuannya. Tapi, namanya masih TK, anak menangis. Dia yakin dia benar dan menunjukkan dirinya memakai helm. Pada saat yang sama, dia takut jika dia pergi dengan polisi, sepeda motornya akan disita.

Dua petugas polisi mengajak anak itu untuk berdialog, yang di video itu sangat manusiawi. Untuk anak yang orang tuanya dikenal sebagai pembalap, ada ucapan “sayang”. Bahkan, petugas pertama mengelus kepala anak itu dan menyuruhnya minum. Memberikan rasa nyaman di tengah proses mengumpulkan informasi. Kenapa anak ini, yang bisa bebas berkeliaran di atas motor mini, di tengah jalan raya yang ramai? Akhirnya, petugas setuju untuk mengantar kedua anak itu ke tempat tujuan.

Sebagai orang tua, bagaimana rasanya hati Anda “menyayangkan sekali” ketika melihat fenomena seperti itu? Tidak sekali atau dua kali. Misalnya, di sekitar rumah Anda, siswa SMP dan SMA bisa bebas mengendarai sepeda motor. Jarang mereka menggunakan atribut keselamatan berkendara, setidaknya helm dan anak laki-laki tersebut dengan bangganya dengan merokok.

Maklum, Surat Izin Mengemudi (SIM) C diberikan kepada orang yang berusia di atas 16 tahun. Fakta menarik yang patut diketahui, hal ini berkaitan dengan perkembangan otak manusia. Sebuah artikel di liputan6.com mengatakan. Penetapan surat izin mengemudi diberikan kepada orang yang berusia 16 atau 17 tahun ke atas dan memiliki dasar penelitian yang kuat.

Seorang neuropsikolog dari University of California Los Angeles yang dimuat dalam jurnal Nature Neuroscience, Sowell mengatakan bahwa otak remaja belum sepenuhnya berkembang. Karena bagian otak yang disebut lobus frontal, saraf belum sepenuhnya terhubung. Yang berfungsi: untuk mengatur, merencanakan, mengatur dan mengantisipasi hal-hal penting ketika seseorang mengemudi di jalan raya.

Ada bukti dilapangan yang menyebutkan, bahwa kelompok usia 15-29 tahun adalah kelompok usia di mana kecelakaan paling banyak terjadi. Dikutip dari oto.detik.com, kata Kasubdit Andalalin (Analisi dan Dampak Lalu Lintas), Kementerian Perhubungan, Handa Lesmana. “Fenomena orang tua memberikan sepeda motor atau orang tua malah bangga anaknya bisa mengemudikan kendaraan meski masih di bawah umur dan tidak memiliki SIM adalah pemikiran yang salah dan keliru,” kata Handa.

Korlantas

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Saat ditelusuri identitas anak itu. Dia tinggal bersama neneknya. Kedua orang tuanya bekerja di Surabaya. Mungkin ada fungsi kontrol di sini dan minim edukasi. Sekalipun sang ayah adalah seorang pembalap, bukan berarti anaknya bisa membalap motor mini di jalanan, bukan?

Harusnya diberi pengawasan khusus. Jika si anak memang memiliki passion untuk mengikuti jejak ayahnya. Misalnya, bisa berlatih di area khusus untuk balapan. Bukan di jalan bebas hambatan, yang bisa membahayakan nyawa anak dan ratusan pengendara lainnya.

Jadi setuju, ya? Membiarkan anak mengendarai sepeda motor merupakan bentuk penelantaran. Karena hidup seorang anak hanya satu dan penyesalan datang kemudian, lho.

Also Read

Bagikan:

Leave a Comment