peradilan pidana kecerdasan buatan

Peradilan Pidana Kecerdasan Buatan, Sebuah Teknologi

Mochamad Ikhwana

Artificial intelligence merupakan sebuah teknologi dengan kemampuan layaknya manusia. Keberadaannya sudah menjamah berbagai bidang kehidupan, seperti pada bisnis dan pendidikan. Namun, bagaimana peradilan pidana kecerdasan buatan? Apakah teknologi ini mampu? Yuk, simak.

Apa Itu Peradilan Pidana?

Seorang tokoh bernama Reksodiputro pada tahun 2007 menjelaskan bahwa sistem peradilan pidana merupakan sistem dalam masyarakat demi menanggulangi kejahatan. Sistem dalam pengendalian kejahatan tersebut terdiri dari lembaga pengadilan, kejaksaan, kepolisian, hingga pemasyarakatan terpidana.

Sedangkan menurut Atmasasmita, istilah sistem peradilan pidana menjadi sebuah istilah untuk mencerminkan mekanisme kerja untuk menanggulangi kejahatan menggunakan pendekatan sistem. Adanya pernyataan itu juga mendapat dukungan dari Ohlin & Remington.

Ada tiga tujuan dari peradilan pidana. Pertama yaitu menjaga masyarakat supaya tidak menjadi korban kejahatan. Kedua, menyelesaikan kejahatan untuk membuat masyarakat puas mengenai keadilan, dan yang ketiga supaya pelaku tidak mengulangi lagi kejahatan mereka.

Peran Peradilan Pidana Kecerdasan Buatan

Seiring berkembangnya teknologi, kecerdasan buatan juga turut berkembang dan berada di berbagai lapisan kehidupan masyarakat. Artificial intelligence sudah menjadi salah satu kebutuhan penting di bidang industri, bisnis, pendidikan, bahkan hingga hukum.

Pengadilan pidana juga menjadi salah satu dampak perkembangan kecerdasan buatan. Misalnya di Amerika Serikat telah menerapkan teknologi tersebut pada pengadilan pidana dengan sistem bernama COMPAS. Cara kerjanya adalah dengan memanfaatkan algoritma demi memprediksi risiko.

Setelah sistem kecerdasan buatan mengeluarkan prediksi mengenai residivisme, maka hakim akan menjadikannya dasar pertimbangan untuk putusan penahanan. Dari contoh kejadian tersebut mulai muncul berbagai pertanyaan seputar kemampuan kecerdasan buatan untuk menggantikan peran hakim.

Kemampuan Kecerdasan Buatan Menjadi Hakim

Hingga saat ini, artificial intelligence telah terbukti mampu menyelesaikan berbagai masalah hingga memudahkan pekerjaan manusia. Maka dari itu tak heran jika banyak sekali lapisan bidang memanfaatkannya. Berikut ini beberapa pertimbangan jika kecerdasan buatan menjadi hakim pengadilan menurut Techsbright:

1.      Perbandingan Dengan Hakim

Untuk mendapatkan kebenaran materiil, seorang hakim harus memikirkan banyak asper, seperti hukum positif, hukum adat, hingga aspek sosiologis. Selain itu, hakim juga berdasar pada rasa mengenai keadilan dan menyeimbangkannya dengan perkara di persidangan.

Sedangkan, sistem artificial intelligence mampu melakukan sesuatu atas dasar informasi dan data. Sistem tersebut mampu menyeleksi data dan menjadi pertimbangan pengambilan keputusan. Namun, keputusan kecerdasan buatan akan bersifat kurang humanis dan terlalu kaku.

2.      Jursidiksi Lain

Meskipun peran artificial intelligence sebagai hakim seluruhnya masih menuai pro dan kontra, namun mesin tersebut masih bisa memberi manfaat pada hal lain di pengadilan pidana. Pertama, kecerdasan buatan dapat mengatur sistem eDiscovery seperti pada pengadilan pidana di Amerika Serikat.

Kedua, artificial intelligence dapat memberi pertimbangan kepada hakim dalam pemutusan perkara pidana. Ketiga, kecerdasan buatan bisa menjadi asisten pada pengadilan seperti pengadilan pidana dengan sebutan 206 System di Shanghai yang mampu menerima perintah secara lisan.

Peran Kecerdasan Buatan Dalam Pengelolaan SDM

Tidak hanya pada peradilan pidana kecerdasan buatan berperan, namun juga memberi pengaruh pada proses pengelolaan sumber daya manusia. Artificial intelligence akan memberi banyak kemudahan pada perusahaan dengan jumlah karyawan tidak sedikit beserta prospek kerjanya.

1.      Screening CV

Saat perusahaan membuka lowongan untuk suatu jabatan, tentu divisi HR harus melakukan screening CV. Sebenarnya tugas tersebut tidak rumit, namun rasanya akan sangat melelahkan mengingat akan ada banyak sekali jumlah CV yang harus mereka cermati demi mendapat kandidat.

Adanya artificial intelligence akan sangat membantu. Sistem akan menyerap informasi di dalam CV ke dalam platform dan menyaring informasi sesuai kebutuhan dari perusahaan. Tak hanya itu, sistem juga mampu menggali data internal untuk mendapatkan kandidat sesuai adanya lowongan baru.

2.      Orientasi Karyawan

Apabila proses pencarian kandidat sudah berakhir, langkah berikutnya adalah kandidat terpilih akan menjalani orientasi dan pelatihan sebagai karyawan baru. Di tahap ini, kecerdasan buatan juga memiliki perannya. Sistem akan mengenalkan karyawan kepada aspek di dalam perusahaan.

Kecerdasan buatan juga akan mengambil data dari kandidat untuk menganalisisnya. Sistem akan mendapatkan kedekatan, keahlian, dan keterampilan karyawan baru. Kemudian dari berbagai data tersebut karyawan baru akan mendapat pelatihan sesuai kebutuhan mereka.

3.      Tingkatkan Program

Seorang Direktur Pembelajaran dan Pengembangan dari Global ON Semiconductor bernama Elizabeth Greene berkata bahwa adanya artificial intelligence mampu mengimplementasikan pelatihan maupun pengembangan kemampuan karyawan dengan berbagai cara.

Kecerdasan buatan akan menentukan tugas maupun proyek berdasarkan pada keahlian karyawan, menentukan konten pembelajaran yang cocok dengan kebutuhan karyawan, hingga menyediakan chatbots dengan akses untuk seluruh karyawan, dan melakukan sosialisasi agar menggunakan chatbots secara baik.

4.      Asisten Pribadi

Sistem kecerdasan buatan sangat mampu untuk membantu pekerjaan HRD dengan segala kompleksitasnya. Maka dengan kata lain sistem tersebut dapat disebut memiliki peran sebagai asisten pribadi dari HR karena ada banyak sekali pekerjaan yang sistem bisa kerjakan.

Cara kerja artificial intelligence yang canggih mampu menyusun jadwal hingga membuat janji temu. Selain itu juga bisa mengatur jadwal yang bentrok, melakukan reschedule hingga pembatalan janji apabila ada permintaan, mengingatkan terkait jadwal, hingga menulis dan mengirim email sesuai personalisasi.

5.      Tugas Administrasi

Seluruh tugas administrasi dengan sifat berulang dapat artificial intelligence selesaikan. Bahkan hasilnya akan akurat dan durasi pengerjaan singkat. Hal tersebut karena tugas akan terselesaikan dengan sistem otomatis sehingga pekerjaan akan lancar dan baik.

Ada berbagai contoh dari kecerdasan buatan dalam mengotomatisasi berbagai tugas administrasi HRD. Beberapa di antaranya adalah mengelola absensi dari seluruh karyawan, mengatur jadwal cuti dan hari libur, menghitung gaji karyawan, hingga menilai karyawan secara objektif.

6.      Menilai Karyawan Dengan Objektif

Setiap beberapa periode sekali perusahaan tentu akan mengadakan penilaian setiap karyawan. Pengerjaan penilaian jika secara manual dengan jumlah karyawan tidak sedikit tentu akan sangat melelahkan dan tidak efektif. Maka dari itu peran artificial intelligence sangat dibutuhkan saat ini.

Menggunakan artificial intelligence untuk menilai karyawan akan menghasilkan penilaian efektif dengan menggunakan dasar berbagai komponen terkait. Maka dampaknya akan memberi hasil akurat serta dapat meningkatkan kualitas kerja dari para karyawan perusahaan tersebut.

7.      Analisis Karyawan

Proses penganalisisan karyawan dapat perusahaan lakukan sesuai jadwal. Jadwal tersebut dapat berupa harian, mingguan, ataupun bulanan tergantung pada kebijakan setiap perusahaan. Fungsinya adalah untuk menentukan langkah terbaik dalam peningkatan kualitas kerja karyawan di masa depan.

Peran artificial intelligence dalam bidang ini adalah memberi bantuan kepada HR dalam pendeskripsian pekerjaan, menentukan karyawan yang akan terkirim ke suatu projek, hingga mendeteksi adanya hambatan kerja di dalam perusahaan.

Nah, itu tadi beberapa ulasan singkat mengenai peradilan pidana kecerdasan buatan. Meskipun untuk menjadi hakim sepenuhnya masih menuai pertimbangan, namun keberadaannya tetap berguna dalam bidang lain dalam ranah hukum. Semoga bermanfaat

Also Read

Bagikan:

Leave a Comment